Sabtu, 23 Februari 2013

Kelebihan dan Kekurangan Daycare Tempat Penitipan Anak

Kelebihan:
  1. Para staf pengasuh memiliki dasar pendidikan anak sekaligus ilmu kesehatan dasar anak yang diawasi langsung oleh pengelola day care.
  2. Program di day care dirancang sesuai perkembangan bayi dan balita. Untuk balita, day care biasanya menerapkan kurikulum pendidikan anak usia dini (PAUD).
  3. Anak akan memiliki aktivitas dan alat bermain yang beragam serta ruang bermain (baik di dalam maupun diluar ruang) yang relatif lebih luas bila dibandingkan ruang mereka di rumah sendiri.
  4. Anak akan berkenalan dengan suasana baru, orang baru dan bertemu/mengenal anak-anak seusianya. Kemampuan sosial anak bisa terasah sejak dini.
  5. Karena staf pengasuh yang bertugas mengurus dan merawat si kecil tidak hanya satu, maka ia tidak lengket dengan sang pengasuhnya saja.
  6. Biaya pengasuhan di day care lebih murah dibandingkan dengan pengasuhan baby sitter di rumah.
  7. Jika lokasi day care dekat dengan tempat Bunda bekerja atau bahkan berada dalam satu gedung tempat bekerja, memungkinkan Bunda bisa menengok si kecil secara langsung ketika waktu istirahat kerja.
Kekurangan:
  1. Karena sistem pengasuhan di day care adalah satu orang pengasuh untuk 2-3 orang anak, sehingga sang pengasuh tidak bisa fokus memberikan perhatian penuh pada si kecil.
  2. Si kecil sangat berisiko tertular penyakit dari orang di sekitar day care.
  3. Membawa serta si kecil ke day care menciptakan kondisi yang merepotkan, karena Bunda harus membereskan beberapa pakaian, alat makan, dan perlengkapan mandi, dan lain-lainnya milik si kecil
  4. Jika si kecil sedang sakit, Anda tidak diperbolehkan untuk membawanya ke day care. Kondisi ini menyebabkan Bunda harus siap untuk mengasuhnya sendiri atau menyiapkan pengasuh cadangan.
  5. Di day care, Bunda lah yang harus siap menerima kondisi bahwa si kecil harus mengikuti aturan dan nilai kebiasaan di day care tersebut. Jika aturan tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan yang Bunda lakukan di rumah, si kecil akan kesulitan untuk menyesuaikan diri dan akan membuatnya kurang nyaman.
  6. Jika jam kerja Bunda melebihi jam operasional day care, maka mau tidak mau, Bunda harus mengambil si kecil lebih cepat dan membawanya ke tempat kerja Bunda sampai Bunda pulang. Atau Bunda harus mencari penyedia jasa pengasuhan anak lainnya.

tips memilih daycare tempat penitipan anak


Melihat sekarang Taman Penitipan Anak  telah menjadi kebutuhan untuk warga kota Jakarta, maka banyak Daycare yang menjamur di mana- mana dari yang harga Rp. 500 ribu/bulan hingga Rp. 15 juta perbulan. Beberapa hal yang perlu bunda mengetahui ketika memilih daycare:
1. Bertemulah dengan the person in charge (PIC). Apakah anda merasa nyaman dengannya? Does she/ he knowledgable atau tidak? karena orang tersebutlah yang running daycare tersebut. Kemunkinan terbesar dia adalah orang paling knowledgeable disana. Apabila dia sendiri tidak bagu apalagi bawahannya?
2. Lamanya TPA/ Daycare tersebut berdiri. Semakin lama besar peluangannya mereka lebih berpengalaman
3. Hubungan anak- anak daycare disana dengan staff dan PIC Daycare. Apakah mereka dekat? atau jauh? apabila anak- anak tersebut ngalem atau dekat dengan para staff disana artinya mereka mendapat perhatian yang cukup banyak dan ada faktor keluargaan
4. Lihat Progam Daycare secara terinci. Apabila TPA atau Daycare tersebut tidak memiliki banyak program dan beragam, besar kemunkinannya anak anda akan jenuh, dan tidak terstimulasi dengan baik.
5. Kondisi anak disana, apakah semua kurus? sedang, atau gemuk? Daycare yang baik memiliki kombinasi dari semua anak

Selasa, 19 Februari 2013

tips membangun percaya diri anak

Membangun rasa percaya diri anak memang termasuk tugas berat orang tua. Berikut beberapa saran yang penting untuk Anda terapkan agar rasa percaya dirinya kian menebal:

- Jadilah pendengar baik
Sesibuk apapun, ketika ia meminta perhatian Anda, cobalah untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh. Tinggalkan pekerjaan Anda, tatap matanya, dan biarkan ia bicara. Mengabaikannya akan membuat ia merasa tidak berharga, tidak layak untuk diperhatikan, dan hal itu mengoyak rasa percaya dirinya.

- Tunjukkan sikap menghargai, sekalipun keinginannya mungkin tidak bisa Anda penuhi.
Memaksa anak untuk selalu menuruti keinginan Anda akan merusak rasa percaya dirinya.

- Biarkan ia membantu.
Meski masih kecil, ia sudah bisa kok, membawakan kantung belanjaan Anda yang tidak terlalu berat. Rasa bangga karena bisa membantu Anda akan memupuk rasa percaya dirinya.

- Biarkan ia melakukan sendiri apa yang sudah bisa ia lakukan.
Kalau ia mau mengambil lauk sendiri di meja makan saat makan bersama, mengapa harus dilarang? Justru sebaliknya, dukung dia meski ia terlihat masih kikuk saat melakukannya. 

Intinya, selain perhatian dan dukungan, berikan padanya kebebasan untuk melakukan apa yang sudah bisa ia lakukan, Ma. Semua itu akan membuat ia tahu, Anda percaya ia bisa, dan ia memang bisa!

Rabu, 13 Februari 2013

Belajar dari anak kecil

Pelajaran yang bisa kita ambil dari anak kecil diantaranya adalah :

Jujur
Anak kecil itu masih dijaga oleh para malaikat sehingga mereka masih bisa terhindar dari kejahatan dirinya. Karena daya tangkap anak kecil masih kuat, tentunya dia merekam jelas dengan indera pendengaran dan penglihatannya atas apa yang dia saksikan sendiri. Ketika ditanya ini dan itu, tentunya dia akan menjawab sesuai dengan apa yang dia lihat dan apa yang dia saksikan karena pemikirannya yang masih polos, lantas dia berbicara apa adanya. Lain halnya dengan orang dewasa yang seringkali berbohong untuk menutupi kesalahannya.

Cepat Melupakan dan Mudah Memaafkan
Coba kita lihat jika ada dua anak kecil yang sedang bertengkar, tentunya salah satu atau keduanya pasti ada yang menangis. Tidak jarang pula mereka mengadukan peristiwa itu ke orang tua mereka. Lalu kita lihat keesokan hariya, ternyata mereka sudah main seperti biasanya. Hal ini menunjukkan bahwa anak kecil itu cepat dan mudah melupakan masalah pertengakaran dengan teman bermainnya, sehingga mereka bisa mudah juga untuk memaafkan kesalahan teman bermainnya itu.

Dibandingkan dengan orang dewasa, jika mereka terdapat suatu masalah (misalnya pertengkaran) maka yang terlihat adalah masalah itu tidak bisa hilang sehari atau dua hari, bisa bermiggu-minggu, berulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun, na'udzubillahi min dzalik. Ya tentunya tidak semua orang dewasa seperti itu.

Selalu Ceria dan Bangkit
Lihat deh kalau anak kecil sedang bermain, selalu tergambar pada diri mereka keceriaan yang seolah tiada habisnya. Seakan mereka terlupakan problema kehidupan yang menjadi beban pikiran mereka, yang pastinya anak kecil ini anti galau, betul tidak? Lihat lagi ketika anak-anak kecil sedang bermain bola. Ketika salah satu anggota tubuh mereka terluka dan tidak bisa main lagi, maka jika luka itu sudah sembuh pasti dia akan bermain bola lagi bersama teman bermainnya sebagamana biasa, anak kecil selalu bangkit, iya kan?
Ternyata anak kecil itu bisa menjadi contoh pembelajaran untuk kita ya? Terkadang kita suka meremehkan anak kecil, padahal belum tentu kan kita lebih baik dari anak kecil yang kita remehkan itu. yo mulai sekarang kita rubah prilaku kita yang tidak bagus agar lebih bagus lagi... semoga bermanfaat.

Menggali potensi anak sejak dini

Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Pada masa ini, otak anak bagaikan spons yang dapat menyerap cairan. Agar dapat menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan orangtua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya.
Jika sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara. Namun, jika anak intens diajak berbicara, kemampuan verbalnya pun akan terstimulasi dengan baik.
Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan sejauhmana orangtua memahami anak sebagai individu yang unik. Setiap anak memiliki potensi (keahlian) yang berbeda, namun saling melengkapi dan berharga. Potensi yang dimaksud di sini adalah hal-hal spesifik yang apa pada diri anak, yang tampak lebih jika dibandingkan dengan anak seusianya. Selain unik, mereka adalah tetap anak-anak, yang masih terus tumbuh dan berkembang. Anak-anak pada dasarnya kreatif. Mereka mempunyai ias-ciri individu yang, misalnya, rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Pengalaman konkret adalah yang dibutuhkan anak dalam usia ini. Untuk itu, sejak dalam kandungan, ibu dapat melakukan berbagai hal yang dapat menstimulasi perkembangan otak bayi. Di antaranya dengan membacakan cerita, ayat-ayat al-Quran atau sekadar mengajak bayi mengobrol. Penelitian menunjukkan otak bayi dalam kandungan dapat merespons kondisi di luar; telinga bayi tersebut dapat mendegar apa yang ibu iasma.
Munculnya potensi (kemampuan) anak memang bergantung pada rangsangan yang diberikan orangtua. Karena itu, wajib bagi orangtua untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini anak menerima stimulasi akan makin baik. Lalu apa yang semestinya dilakukan orangtua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak usia dini?
1. Kenali potensi anak.
Orangtua harus belajar tentang semua hal yang berhubungan dengan cara mengenali potensi anak. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap perilaku anak. Apakah anak mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu, seperti: dapat berjalan dan berbicara pada usia yang sangat dini, lebih cepat dari anak seusianya; mempunyai kecepatan dalam penguasaan berbagai informasi; mempunyai kemauan memperhatikan suatu persoalan dalam waktu yang lama, mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sehingga mampu berkomunikasi dengan bahasa yang komunikatif pada usia dini dan mempunyai kemampuan mengekspresikan gagasannya dengan bahasa yang kompleks; mempunyai kemampuan menceritakan suatu kejadian (cerita) dengan cukup jelas; mempunyai kemampuan mengingat yang cukup tinggi; memiliki daya kreasi dan imajinasi yang tinggi dan sebagainya. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlakuan atau metode pendekatan yang dipakai untuk masing-masing anak dalam proses pembelajarannya juga berbeda.
Mengenali potensi anak dapat dilakukan dengan permainan. Permainan merupakan cara pertama untuk melatih kepekaan, daya imajinasi, kecenderungan, dan keterampilan anak. Permainan juga dapat digunakan untuk membentuk kemampuan alami dan intelektual anak. Permainan imajinatif ataupun simbolik akan membantu mengembangkan kecerdasan anak. Ketika kemampuan anak meningkat dalam menyelesaikan persoalan yang kompleks dalam permainan maka akan bertambah luas pula kadar informasi dan pengetahuan bahasanya dibandingkan dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya. Pilihlah permainan yang dapat menumbuhkan kemampuan motorik dan kognitif sesuai dengan usianya. Permainan tradisional yang banyak menuntut bergerak aktif, seperti petak umpet, bermain drama atau lompat tali sangat baik dilakukan. Orangtua juga dapat mengenalkan anak dengan berbagai permainan edukatif yang dapat merangsang imajinasinya dan juga motoriknya, yakni dengan cara mengamati dan meraba; misalnya puzzle, kertas gambar, pensil warna dan sebagainya. Biarkan anak berkreasi sesukanya. Permainan-permainan seperti ini dapat mengembangkan kecerdasan dan imajinasi anak dengan cara menyenangkan. Jadi anak pun tertarik untuk mempelajari hal-hal baru dan tidak merasa terbebani. Jika anak masih muda, mulailah dengan puzzle sederhana. Seiring bertambahnya umur, orangtua ias memberikan puzzle yang lebih sulit. Untuk mengembangkan kemampuan bahasanya, lakukan kegiatan seperti membacakan buku cerita, permainan menyusun kata. Mengelompokan benda-benda di rumah berdasarkan kategori; misalkan benda berwarna merah, benda berbentuk bundar dan lain-lain akan dapat mengembangkan kemampuan logikanya. Menari, berolahraga, bermain sandiwara, boneka tangan akan dapat mengembangkan ketrampilan motoriknya. Jangan lupa libatkan anak yang lain ketika bermain agar kemampuan interpersonalnya juga berkembang dengan baik.
2.Berikan stimulasi yang tepat.
Stimulasi adalah berbagai rangsangan, entah itu kesempatan bermain, fasilitas belajar, atau materi (misalnya cerita atau bacaan), yang dapat memicu anak untuk belajar atau mengolah pengajaran. Rangsangan juga ias berbentuk sentuhan yang abstrak, misalnya dukungan dan keterlibatan orangtua dalam proses belajar anak. Riset mengungkap bahwa keterlibatan orangtua dalam belajar anak sangat punya peranan dan kontribusi yang akan dimaknai sebagai motivasi oleh si anak. Rangsangan akan membentuk cabang-cabang otak sebanding dengan yang kita berikan. Selain itu, pengetahuan dan pengalaman si anak juga semakin kaya. Perlu pula dibentuk kebiasaan belajar atau tradisi berprestasi dalam keluarga. Tradisi di sini adalah berbagai bentuk pembiasaan positif, misalnya membaca, perhatian dan tanggung jawab terhadap tugas, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, dan berbagai sifat-sifat positif lain.
Berikan stimulasi yang sesuai dengan tahapan usia anak; mulai dari perkembangan motoriknya, bahasa, berpikir dan sebagainya. Dari pengamatan sehari-hari yang dilakukan orangtua, dan minat serta kemampuan anak, akan terlihat kecenderungan dan kemampuan tertentu dalam dirinya. Stimulasi yang diberikan tidak boleh hanya berdasarkan satu aspek saja, tetapi harus diberikan secara menyeluruh pada berbagai aspek, misalnya saja iasm penginderaan. Sistem penginderaan ini termasuk di dalamnya pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan pengecapan. Selain itu, stimulasi yang diberikan harus juga dapat merangsang gerakan, baik gerakan kasar maupun halus. Kemudian stimulasi juga harus dapat merangsang perasaan dan pikiran anak. Pada usia 0-3 bulan, misalnya, stimulasi dilakukan dengan memberikan senyuman, berbicara, menirukan ocehan anak, membunyikan berbagai suara sampai menggerakkan benda-benda berwarna mencolok. Kemudian pada usia hingga 6 bulan stimulasi dapat ditambah dengan bermain mencari sumber suara, mengulang beberapa kata, meraih dan memegang mainan, dirangsang tengkurap, dan lain sebagainya. Hal yang mesti diingat oleh orangtua, stimulasi sebaiknya dilakukan secara terus-menerus setiap ada kesempatan, misalnya sambil mengganti popok ataupun sambil memberi makan. Semua itu dilakukan dalam suasana bermain, penuh kegembiraan dan bervariasi. Pada fase berikutnya, rangsanglah anak agar tertarik untuk mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal di lingkunganya.
3. Berikan dukungan.
Berikan dukungan kepada anak tentang banyak hal, baik bersifat material, seperti permainan, atau hadapkan anak dengan berbagai persoalan dan dampingi mereka untuk belajar bagaimana menyikapi persoalan tersebut. Berikan perhatian penuh pada anak dan kondisikan untuk selalu merasakan kenyamanan. Perhatian dan apresiasi yang diberikan kepada anak akan membuat kemampuan dan kecerdasannya terus tumbuh dan berkembang.
4. Berikan pujian.
Lemparkan pujian kepada anak ketika ia telah menguasai sebuah kebiasaan sekecil apa pun. Berikan pula pujian ketika ia menunjukkan hasil karyanya. Ketika kemampuan anak telah mulai terlihat, giliran menyalurkannya dengan baik. Penghargaan yang kita berikan akan memacu motivasinya untuk terus mencoba. Meskipun masih kita rasa kurang, jangan sampai kita mencemooh hasil yang telah anak-anak lakukan karena ini akan berbahaya bagi kelangsungan rasa percaya dirinya. Anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih kuat menghadapi tekanan dari lingkungannya daripada anak yang rendah diri.
5. Ajak anak untuk berkreasi sesuai imajinasinya.
Berikan kertas berwarna dan mintalah kepada anak untuk mengguntingnya sesuai keinginan, lalu menempelkannya di buku gambar. Bisa pula dengan mengajak anak bermain pasir dengan menggunakan mainan yang dimiliki. Selama orangtua kreatif, ada banyak bahan yang dapat digunakan dan tidak mahal yang terdapat di sekitarnya. Jika imajinasi anak terlatih, kemampuan yang lain juga dapat mudah dikembangkan.
6. Arahkan anak.
Orangtua dapat mengarahkan kemampuan anak, misalnya jika anak suka membaca, beri ia buku cerita berwarna dan ajak bercerita bersama. Jadikan ini aktivitas yang rutin dengan membacakan cerita sebelum tidur, misalnya. Namun, tugas orangtua tidak berhenti sampai di situ. Setelah mengarahkan, orangtua pun berkewajiban untuk mendampingi sang anak dalam setiap aktivitasnya. Selain memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak, orangtua juga dapat mengetahui kemampuan mana yang lebih menonjol. Jika anak bertanya sesuatu, puaskan rasa ingin tahu anak dengan menjawab setiap pertanyaan. Jangan berikan jawaban final, tetapi jawaban yang mendorongnya untuk semakin terus bertanya. Biasakan anak berpikir baik dalam persoalan kecil atau besar.
7. Doronglah anak untuk belajar.
Orangtua harus memberi contoh yang baik bahwa bukan hanya anak saja yang harus belajar, kita pun sebagai orangtua juga harus mau belajar, termasuk berbagai metode pendidikan anak sehingga ias kita tanamkan pemikiran bahwa belajar itu tidak mengenal waktu dan usia.
Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.