Rabu, 20 Mei 2015

Rabu, 05 Februari 2014

JUJUR MENURUT ISLAM

Kejujuran adalah perhiasan orang berbudi mulia dan orang yang berilmu. Oleh sebab itu, sifat jujur sangat dianjurkan untuk dimiliki setiap umat Rasulullah saw. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.” (Q.S. an-Nisa: 58).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (Q.S. al-Anfal: 27).

Dari dua ayat tersebut didapat pemahaman bahwa manusia, selain dapat berlaku tidak jujur terhadap dirinya dan orang lain, adakalanya berlaku tidak jujur juga kepada Allah dan Rasul-Nya. Maksud dari ketidakjujuran kepada Allah dan Rasul-Nya adalah tidak memenuhi perintah mereka. Dengan demikian, sudah jelas bahwa kejujuran dalam memelihara amanah merupakan salah satu perintah Allah dan dipandang sebagai salah satu kebajikan bagi orang yang beriman.

Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa aman dan tenang.

Jujur adalah sikap yang tidak mudah untuk dilakukan jika hati tidak benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran sekarang ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya adalah manusia paling utama yaitu Rasulullah saw. Kejujuran adalah perhiasan Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu

Dalil Kejujuran Dalam Islam

“Hendaklah kamu selalu berbuat jujur, sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan hindarilah perbuatan dusta. Sebab dusta membimbing ke arah kejelekan. Dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain, Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalamnya, dan bagian dalamnya dari luarnya.” Kemudian seorang dusun berdiri dan berkata, “Ya Rasulallah, bagi siapakah kamar-kamar itu?” Rasulullah Saw. menjawab: “Bagi orang yang baik tutur katanya dan suka memberi makan kepada orang lain, terus berpuasa serta shalat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur.” (H.R. Tirmidzi)

Berbicara kejujuran (dalam bahasa arab disebut sebagai Ash-Shidqun), kejujuran terbagi menjadi 5 macam, yaitu:

1. Shidq Al-Qalbi (jujur dalam berniat). Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan. Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya keruh, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (H.R. Bukhari).

Itulah hati dan kejujuran yang tertanam dalam hati akan membuahkan ketentraman, sebagaimana firman-Nya, “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (Q.S. Ar-Ra’d [13]: 28)

2. Shidq Al-Hadits (jujur saat berucap). Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt. sebagaimana firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)

Hidup dalam naungan kejujuran akan terasa nikmat dibandingkan hidup penuh dengan dusta. Rasulullah Saw. bahkan mengkatagorikan munafik kepada orang-orang yang selalu berkata dusta, sebagaimana sabdanya, “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berucap dusta, kala berjanji ingkar dan saat dipercaya khianat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)

3. Shidq Al-’Amal (jujur kala berbuat). Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaff [61]: 2-3)

Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.

4. Shidq Al-Wa’d (jujur bila berjanji). Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya, [Image: 16_91.png]

“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.” (Q.S. An-Nahl [16]: 91)

“…Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S. Al-Israa [17]: 34)

5. Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita dengan ungkapan, “Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu.” (H.R. Muslim).

Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu.

Ucapan yang baik dan niat tulus akan menjadi semakin indah jika ada wujud amal dalam kenyataan. Jujur dalam perbuatan artinya memperlihatkan sesuatu apa-adanya. Tidak berbasa-basi. Tidak membuat-buat. Tidak menambah dan mengurangi. Apa yang ia yakini sebagai kejujuran dan kebenaran, ia jalan dengan keyakinan kuat bahwa Allah Subhannahu wa Ta'ala bersama orang-orang yang benar-benar sebenar-benarnya!

Jadi,Mari tanyakan diri sendiri tanpa menoleh pada orang lain, Mampukah kita ?

Insya Allah.. :)

Sabtu, 14 Desember 2013

KUMPULAN FOTO DAYCARE-PAUD-KOBER "AULADI"

Neng Aliza  dan Marvel yang sedang narsis sambil menunggu dijemput ayah bundanya...


nauval, satria dan marvel juga ikut bergaya tuh...

marvel dan satria di play ground

marvel, satria dan rizky... teh fitri ikutan juga loh....

milad rizky 4 tahun.. moga tmbh soleh ya.... amiin... banyak kadonya yah....

selamat datang ananda rava... 2.5 tahun...


ananda vara 4 bulan... lucu ya....

ananda reysha... 8 bulan.. lucu juga ya...

ananda zieva... 2 tahun... manis kan...

lagi membuat prakarya dari barang bekas loh... lucu ya... buat ular dari bekas tempat telor...
bisa juga tuh dicoba bagi yang belum coba..... gampang kok... 
yang jelas anak2 pada suka tuh....

anteng ya.. mereka lgi membuat aneka kreasi dari lego...

para guru juga lagi belajar tuh.... dlm acara talk shaw.. sosialisasi kurikulum 2013 
di pameran buku landmark bandung

Sabtu, 30 November 2013

Manfaat pijit bayi untuk kesehatan

Siapa yang tidak suka dipijit? Saat tubuh lelah, pijit terasa sangat menyegarkan. Malah, untuk Anda yang menderita masalah otot seperti keseleo dan terkilir, ada terapi pijit khusus untuk menyembuhkannya. Akan tetapi, ternyata pijit bukan hanya untuk orang dewasa atau remaja; ada juga yang namanya terapi pijit bayi, yang sesuai namanya, memang diaplikasikan khusus untuk bayi. Apa itu pijit bayi dan apa manfaatnya untuk anak-anak? Berikut penjelasannya.

Apa Itu Pijit Bayi?
Pijit bayi adalah terapi kesehatan yang diberikan kepada bayi dengan teknik pemijatan khusus yang harus dilakukan oleh orang terlatih, terutama karena tubuh bayi yang rapuh jika dibandingkan dengan orang dewasa. Terapi ini sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu kala dan diterapkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Dulu, pijit bayi biasanya dilakukan oleh dukun bayi. Tetapi sekarang, pijit bayi bisa diberikan oleh bidan atau terapis terlatih. Pijit bayi ini termasuk terapi holistik, jadi manfaatnya bukan hanya untuk fisik, tetapi juga psikis bayi.

Manfaat Pijit Bayi
Berikut beberapa manfaat pijit bayi:
  • Bisa membantu membentuk tubuh yang ideal dan proporsional, karena tubuh bayi masih lentur dan lembut sehingga mudah dibentuk (misalnya meluruskan kaki yang agak melengkung).
  • Bisa membuat bayi merasa rileks dan nyaman sehingga jarang rewel.
  • Mengurangi masalah seperti bayi susah makan, susah ditinggal sendirian, susah tidur dan sebagainya yang berakar dari kecemasan.
  • Merangsang tumbuh kembang bayi.
  • Jika si ibu paham teknik-teknik pijat, melakuakn pijit bayi bisa membentuk ikatan antara ibu dan anak.
Biasanya, jika usia bayi masih belum mencapai 3 bulan, bayi tidak di’pijit’ tetapi cukup disentuh. Penekanan lembut baru bisa diberikan setelah usianya lewat 3 bulan, dan jika sudah lewat 9 bulan, mungkin bisa ditekan agak sedikit lebih keras tetapi harus tetap terasa nyaman. Akan tetapi, yang tidak boleh dilupakan adalah: jika ada kesalahan, maka akan berakibat pada fisik bayi yang memang masih rapuh. Jadi, Anda tidak boleh sembarangan melakukan sendiri pijit bayi atau mengandalkan jasa orang yang tidak terlatih. Anda harus mencari terapis bayi terlatih untuk memberikan pijit bayi yang benar-benar efektif dan aman.   (dari berbagai sumber)