Anak usia dini
memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap
diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Pada masa
ini, otak anak bagaikan spons yang dapat menyerap cairan. Agar dapat
menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air
inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan
orangtua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan
mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya.
Jika sejak
bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya
pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak
sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara.
Namun, jika anak intens diajak berbicara, kemampuan verbalnya pun akan
terstimulasi dengan baik.
Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan sejauhmana orangtua memahami anak sebagai individu yang unik. Setiap anak memiliki potensi (keahlian) yang berbeda, namun
saling melengkapi dan berharga. Potensi yang dimaksud di sini adalah
hal-hal spesifik yang apa pada diri anak, yang tampak lebih jika
dibandingkan dengan anak seusianya. Selain unik, mereka adalah tetap
anak-anak, yang masih terus tumbuh dan berkembang. Anak-anak pada
dasarnya kreatif. Mereka mempunyai ias-ciri individu yang, misalnya,
rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, dan memiliki imajinasi
yang tinggi. Pengalaman konkret adalah yang dibutuhkan anak dalam usia
ini. Untuk itu, sejak dalam kandungan, ibu dapat melakukan berbagai hal
yang dapat menstimulasi perkembangan otak bayi. Di antaranya dengan
membacakan cerita, ayat-ayat al-Quran atau sekadar mengajak bayi
mengobrol. Penelitian menunjukkan otak bayi dalam kandungan dapat
merespons kondisi di luar; telinga bayi tersebut dapat mendegar apa yang
ibu iasma.
Munculnya
potensi (kemampuan) anak memang bergantung pada rangsangan yang
diberikan orangtua. Karena itu, wajib bagi orangtua untuk menggali
sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini anak
menerima stimulasi akan makin baik. Lalu apa yang semestinya dilakukan
orangtua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak usia dini?
1. Kenali potensi anak.
Orangtua harus
belajar tentang semua hal yang berhubungan dengan cara mengenali
potensi anak. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap perilaku
anak. Apakah anak mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu, seperti: dapat
berjalan dan berbicara pada usia yang sangat dini, lebih cepat dari
anak seusianya; mempunyai kecepatan dalam penguasaan berbagai informasi;
mempunyai kemauan memperhatikan suatu persoalan dalam waktu yang lama,
mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sehingga mampu berkomunikasi
dengan bahasa yang komunikatif pada usia dini dan mempunyai kemampuan
mengekspresikan gagasannya dengan bahasa yang kompleks; mempunyai
kemampuan menceritakan suatu kejadian (cerita) dengan cukup jelas;
mempunyai kemampuan mengingat yang cukup tinggi; memiliki daya kreasi
dan imajinasi yang tinggi dan sebagainya. Setiap anak memiliki
karakteristik yang berbeda sehingga perlakuan atau metode pendekatan
yang dipakai untuk masing-masing anak dalam proses pembelajarannya juga
berbeda.
Mengenali
potensi anak dapat dilakukan dengan permainan. Permainan merupakan cara
pertama untuk melatih kepekaan, daya imajinasi, kecenderungan, dan
keterampilan anak. Permainan juga dapat digunakan untuk membentuk
kemampuan alami dan intelektual anak. Permainan imajinatif ataupun
simbolik akan membantu mengembangkan kecerdasan anak. Ketika kemampuan
anak meningkat dalam menyelesaikan persoalan yang kompleks dalam
permainan maka akan bertambah luas pula kadar informasi dan pengetahuan
bahasanya dibandingkan dengan anak-anak lain yang sebaya dengannya.
Pilihlah permainan yang dapat menumbuhkan kemampuan motorik dan kognitif
sesuai dengan usianya. Permainan tradisional yang banyak menuntut
bergerak aktif, seperti petak umpet, bermain drama atau lompat tali
sangat baik dilakukan. Orangtua juga dapat mengenalkan anak
dengan berbagai permainan edukatif yang dapat merangsang imajinasinya
dan juga motoriknya, yakni dengan cara mengamati dan meraba; misalnya
puzzle, kertas gambar, pensil warna dan sebagainya. Biarkan anak
berkreasi sesukanya. Permainan-permainan seperti ini dapat mengembangkan
kecerdasan dan imajinasi anak dengan cara menyenangkan. Jadi anak pun
tertarik untuk mempelajari hal-hal baru dan tidak merasa terbebani. Jika
anak masih muda, mulailah dengan puzzle sederhana. Seiring bertambahnya
umur, orangtua ias memberikan puzzle yang lebih sulit. Untuk
mengembangkan kemampuan bahasanya, lakukan kegiatan seperti membacakan
buku cerita, permainan menyusun kata. Mengelompokan benda-benda di rumah
berdasarkan kategori; misalkan benda berwarna merah, benda berbentuk
bundar dan lain-lain akan dapat mengembangkan kemampuan logikanya.
Menari, berolahraga, bermain sandiwara, boneka tangan akan dapat
mengembangkan ketrampilan motoriknya. Jangan lupa libatkan anak yang
lain ketika bermain agar kemampuan interpersonalnya juga berkembang
dengan baik.
2.Berikan stimulasi yang tepat.
Stimulasi
adalah berbagai rangsangan, entah itu kesempatan bermain, fasilitas
belajar, atau materi (misalnya cerita atau bacaan), yang dapat memicu
anak untuk belajar atau mengolah pengajaran. Rangsangan juga ias
berbentuk sentuhan yang abstrak, misalnya dukungan dan keterlibatan
orangtua dalam proses belajar anak. Riset mengungkap bahwa keterlibatan
orangtua dalam belajar anak sangat punya peranan dan kontribusi yang
akan dimaknai sebagai motivasi oleh si anak. Rangsangan akan membentuk
cabang-cabang otak sebanding dengan yang kita berikan. Selain itu,
pengetahuan dan pengalaman si anak juga semakin kaya. Perlu pula
dibentuk kebiasaan belajar atau tradisi berprestasi dalam keluarga.
Tradisi di sini adalah berbagai bentuk pembiasaan positif, misalnya
membaca, perhatian dan tanggung jawab terhadap tugas, mencari informasi
untuk menyelesaikan masalah, dan berbagai sifat-sifat positif lain.
Berikan
stimulasi yang sesuai dengan tahapan usia anak; mulai dari perkembangan
motoriknya, bahasa, berpikir dan sebagainya. Dari pengamatan sehari-hari
yang dilakukan orangtua, dan minat serta kemampuan anak, akan terlihat
kecenderungan dan kemampuan tertentu dalam dirinya. Stimulasi yang
diberikan tidak boleh hanya berdasarkan satu aspek saja, tetapi harus
diberikan secara menyeluruh pada berbagai aspek, misalnya saja iasm
penginderaan. Sistem penginderaan ini termasuk di dalamnya pendengaran,
penglihatan, peraba, penciuman dan pengecapan. Selain itu, stimulasi
yang diberikan harus juga dapat merangsang gerakan, baik gerakan kasar
maupun halus. Kemudian stimulasi juga harus dapat merangsang perasaan
dan pikiran anak. Pada usia 0-3 bulan, misalnya, stimulasi dilakukan
dengan memberikan senyuman, berbicara, menirukan ocehan anak,
membunyikan berbagai suara sampai menggerakkan benda-benda berwarna
mencolok. Kemudian pada usia hingga 6 bulan stimulasi dapat ditambah
dengan bermain mencari sumber suara, mengulang beberapa kata, meraih dan
memegang mainan, dirangsang tengkurap, dan lain sebagainya. Hal yang
mesti diingat oleh orangtua, stimulasi sebaiknya dilakukan secara
terus-menerus setiap ada kesempatan, misalnya sambil mengganti popok
ataupun sambil memberi makan. Semua itu dilakukan dalam suasana bermain,
penuh kegembiraan dan bervariasi. Pada fase berikutnya, rangsanglah
anak agar tertarik untuk mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai
hal di lingkunganya.
3. Berikan dukungan.
Berikan
dukungan kepada anak tentang banyak hal, baik bersifat material, seperti
permainan, atau hadapkan anak dengan berbagai persoalan dan dampingi
mereka untuk belajar bagaimana menyikapi persoalan tersebut. Berikan
perhatian penuh pada anak dan kondisikan untuk selalu merasakan
kenyamanan. Perhatian dan apresiasi yang diberikan kepada anak akan
membuat kemampuan dan kecerdasannya terus tumbuh dan berkembang.
4. Berikan pujian.
Lemparkan
pujian kepada anak ketika ia telah menguasai sebuah kebiasaan sekecil
apa pun. Berikan pula pujian ketika ia menunjukkan hasil karyanya.
Ketika kemampuan anak telah mulai terlihat, giliran menyalurkannya
dengan baik. Penghargaan yang kita berikan akan memacu motivasinya untuk
terus mencoba. Meskipun masih kita rasa kurang, jangan sampai kita
mencemooh hasil yang telah anak-anak lakukan karena ini akan berbahaya
bagi kelangsungan rasa percaya dirinya. Anak yang memiliki rasa percaya
diri yang tinggi akan lebih kuat menghadapi tekanan dari lingkungannya
daripada anak yang rendah diri.
5. Ajak anak untuk berkreasi sesuai imajinasinya.
Berikan kertas
berwarna dan mintalah kepada anak untuk mengguntingnya sesuai
keinginan, lalu menempelkannya di buku gambar. Bisa pula dengan mengajak
anak bermain pasir dengan menggunakan mainan yang dimiliki. Selama
orangtua kreatif, ada banyak bahan yang dapat digunakan dan tidak mahal
yang terdapat di sekitarnya. Jika imajinasi anak terlatih, kemampuan
yang lain juga dapat mudah dikembangkan.
6. Arahkan anak.
Orangtua dapat
mengarahkan kemampuan anak, misalnya jika anak suka membaca, beri ia
buku cerita berwarna dan ajak bercerita bersama. Jadikan ini aktivitas
yang rutin dengan membacakan cerita sebelum tidur, misalnya. Namun,
tugas orangtua tidak berhenti sampai di situ. Setelah mengarahkan,
orangtua pun berkewajiban untuk mendampingi sang anak dalam setiap
aktivitasnya. Selain memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak, orangtua
juga dapat mengetahui kemampuan mana yang lebih menonjol. Jika anak
bertanya sesuatu, puaskan rasa ingin tahu anak dengan menjawab setiap
pertanyaan. Jangan berikan jawaban final, tetapi jawaban yang
mendorongnya untuk semakin terus bertanya. Biasakan anak berpikir baik
dalam persoalan kecil atau besar.
7. Doronglah anak untuk belajar.
Orangtua harus
memberi contoh yang baik bahwa bukan hanya anak saja yang harus
belajar, kita pun sebagai orangtua juga harus mau belajar, termasuk
berbagai metode pendidikan anak sehingga ias kita tanamkan pemikiran
bahwa belajar itu tidak mengenal waktu dan usia.
Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.