Anak
Anda bicara kasar atau tak pantas? Tak perlu bereaksi berlebihan,
apalagi sampai memberi hukuman fisik. Tenang saja, Ma! Berikut ini cara
menghadapinya ala Anna S. Ariani, MPsi.
- Pura-pura tidak dengar.
Jangan buat kata-kata itu berkesan bagi anak dengan memarahi atau
menasihatinya. Perilaku yang diberikan perhatian cenderung diulang.
Sementara yang tidak diberikan perhatian, cenderung berkurang.
- Sebaiknya berikan perhatian pada kata-kata yang baik. Misalnya, “Adik bilang pintar, ya, ke kakak? Kakak memang pintar.”
- Bila anak bicara kata yang tidak pada tempatnya, pantat misalnya, alihkan dengan kata lain yang mirip.
“Ohh… Adik mau ke pantai? Ingat waktu kita ke pantai, ya? Kita, kan,
bawa ban. Coba ambil bannya sekarang.” Anak bakal lupa kata-kata yang
diucapkan sebelumnya.
- Beberapa kasus bisa diselesaikan melalui peristiwa dramatis.
Misalnya, anak Anda sangat menyayangi neneknya. Kalau dia mengucapkan
kata terlarang di hadapan neneknya, lalu neneknya menangis kecewa, ini
akan menjadi pelajaran berharga bagi anak.
- Gunakan teknologi untuk mencatat interaksi di rumah,
seperti cctv. Bisa juga, gunakan fasilitas perekam dari ponsel ketika
Anda atau anak marah, lalu dicatat. Pencatatan yang detil tentang
perilaku buruk ini sebagai pengingat agar lain kali berubah menjadi
perlaku positif.
- Situasinya akan lebih sulit ketika anak mendapat contoh kata-kata buruk dari lingkungan pergaulannya.
Biasanya, anak mendapat dukungan dari teman-temannya ketika bicara
buruk. Menarik anak dari teman-temannya bukan ide yang baik. Ajarkan
anak untuk tidak menyebut kata-kata itu di dalam rumah. Ini sama seperti
ketika Anda berpesan, “Nanti kalau ketemu eyang, bicaranya A, B, dan C,
ya. Kalau bicara D, E, F tidak sopan.”
- Kegagalan sering muncul ketika tanpa sadar orang tua emosi menghadapi kesalahan anak yang berulang. “Kenapa, sih, bilang ‘bego’ lagi. Sudah mama nasihati berkali-kali. Belum ngerti juga, ya?” Anak bukannya kapok, malah ingat terus kata-kata itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar