1. P = Pengasuhan Anak Yang Benar. Sebagian orang tua di seluruh dunia secara umum menerapkan teknik pengasuhan anak secara konvensioanl. Teknik ini didapat secra turun-temurun, misalnya: Oran tua sebagai pusat kebenaran, orang tua memaksakan kehendak pada anak, orang tua sering melarang anak, orang tua menyerahkan pengasuhan pada orang lain (gur, pengasuh, nenek) dengan alasan kesibukan, orang tua boleh membentak anak, orang tua boleh memukul anak dengan alasan mendidik dan mendisiplinkan anak. Orang tua adalah orang pertama yang harus merangkul anaknya, sehingga orang tua menjadi orang terdekat bagi anak dan dipercaya oleh mereka. Suatu kedekatan yang dibangun akan membuat anak mau mendengar dan pada akhirnya menuruti nasihat Anda.
2. A = Anak adalah Anugerah. Apabila Anda menghadapi masalah pada perilaku anak, seperti mengacak-acak rumah, memecahkan barang-barang. Mencoret-coret dinding, meruakkan barang koleksi Anda, atau apapun yang ‘membuat Anda pusing’, semestinya orang tua berusaha membimbing ananya dengan sabar. Kendati demikian tidak semua orang tua memiliki kadar kesabaran yang sama. Ketidaksabaran ini membuat sebagian orang tua mempraktekan cara-cara singkat seperti memarahi, membentak sampai memukul, untuk menghentikan berbagai kenakalan anaknya tersebut. Ingatlah bahwa “Anak adalah anugerah”, banyak keluarga yang tidak dikarunia anak. Jika anak adalah anugerah tentunya Anda wajib mensyukurinya, salah satu caranya adalah dengan melaksanakan kewajiban Anda untuk mendidikanya dengan baik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa: 1) Bentakan dan kemarahan hanya akan membuat anak Anda tidak merasa dekat dengan Anda; 2) Kelainan Jiwa pada anak dapat disebabkan karena kekerasan pada anak; 3)Dengan kekerasan, mereka hanya berhenti melakukannya sesaat, setelah itu dia akan mengulanginya tanpa sepengetahuan Anda.
4. E = Empati Mendengarkan. Setelah menyikapi semua perilaku anak dengan rasa syukur karena kita dianugerahi anak dan dapat mengelola kemarahan, selanjutnya yang perlu Anda lakukan adala berempati. Lawan komunikasi empati adalah komunikasi satu arah (cara konvesional). Berikut ini contoh komunikasi satu arah:
“Sudah, jangan menangis!”
“Jangan main pisau!”
“Kok, Berasnya diacak-acak!”
Bandingkan dengan komunikasi 2 arah atau komunikasi empati berikut ini:
“Kakak kenapa menangis? Apa yang membuat kakak sedih? Ayo, cerita sama Bunda, sayang.”
“Wah, kakak mau bantu masak ya? Sini Bunda ajarin memotongnya. Harus hati-hati ya, supaya tidak kena jari tangan.”
“Wah, berasnya berantakan ya. Berasnya mau diapain, kak? Sekarang kita bereskan dulu yuk, nanti kita main beras memakai tampah. Supaya tidak berantakan”
Setelah menerapkan langkah ini, jangan kaget kalau kemudian mendapatkan anak menjadi lebih banyak berbicara dan bertanya. Hal ini disebabkan anak memang jadi lebih percaya diri karena merasa kata-katanya didengarkan oleh orang lain.
5. N = Notifikasi Pembicaraan dan Tindakan. Menurut Prof. Dr. Benyamin S. Bloom dari University of Chicago, tingkat intelektual otak mengalami perkembangan sebanyak 50% ketika anak berusia 4 tahun. Oleh karenya 4 tahun pertama disebut sebagi golden age (masa keemasan). Lalu hl-hal ada saja yang harus kita notififkasi penyampaiannya pada anak, sehingga anak mampu menyerapnya dengan baik dan juga berdampak baik baginya? Untuk itu, gunakan kata-kata yang penuh kujujuran, tidak boleh berbohong, memperbanyak kata-kata yang menunjukkan rasa cinta kepada anak-anak kita dan sebaginya. Kalaupun dirasa Anda perlu memberinya hukuman, hukuman harus ditetapkan dengan sangat hati-hati, bijak, tanpa luapan emosi dan bukan diarahkan pada hukuman fisik, dengan tujuan untuk memperbaiki perilakunya.
6. T = Tanamkan Energy Positif. Satu hal yang sangat penting yang dapat membuat anak kita banyak berubah adalah denga menanamkan energi positif. Energi positif adalah hal-hal positif yang mewarnai pikiran dan perasaan. Caranya adalah dengan memberika predikat positif pada anak-anak kita. Berikut beberapa contoh predikat positif diantaranya menyebutnya sebagai:
- Anak pintar
- Anak Sholeh
- Anak yang baik hati
- Anak yang suka membantu
- Anak ramah dan sebagainya
Sebaliknya, predikat negative harus dihindarkan karena membuat anak tidak percaya diri, anak meneruskan perilaku sesuai predikat negative yang diberikan, atau anak sulit keluar dari predikat yang diberikan. Contoh predika negative adalah:
- Anak bodoh
- Anak nakal
- Anak pelit
- Anak penakut
- Anak pelit
- Anak pembohong da sebagainya
7. I = Istikomah (Konsisten). Istikomah boleh menjadi catatan yang amat penting karena poin ini adalah dasar penentuan suatu program akan sukses dilaksanakan atau tidak kepada anak-anak kita. Tanpa istikomah, kita tidak akan mengubah apa-apa. Mengapa? Karena anak-anak kita akan menganggap hal yang kita sampaikan itu tidak sungguh-sungguh. Istikomah meliputi beberapa hal-hal berikut ini:
- Jenis kata-kata dan aturan
- Waktu (hari ini dengan besok dan seterusnya harus istikomah)
- Anti-orang (pola pengasuhan antara satu orang tuan dan orang tua yang lain harus selaras)
- Antar-tempat (pola pengasuhan antara rumah dan sekolah harus selaras)
8. NG = meNGadakan time out. Time out merupakan cara efektif untuk meredam emosi anak pada saat anak mengamuk, menangis keras, rewel , memukul-mukul atau kondisi emosi berlebihan lainya. Cara pertama adalaah memberikan peringatan terlebih dahulu. Bila mereka berprilaku buruk, mereka akan diberikan time out. Jika mereka masih tidak menurut, mreka langsung ditemaptkan di temapt time out. Temapt time out memiliki beberapa syarat, yaitu:
- Di tempat yang tidak terdapat barang-barang atau benda-benda berbahaya
- Tidak ada mainan
- Tidak ada hiburan seperti televise, radio, video game
- Hening, tidak berisik
- Bukan tempat tidur karena nanti anak justru bisa tertidur dan bukannya berpikir menenangkan diri
copas/TipsAnda.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar